Jakarta, BIDARA – Bicara agama adalah bicara manusia. Kenapa suatu agama lestari dan bertahan? Karena agama di dalamnya berisi nilai-nilai tentang harkat kemanusiaan dan ekistensi lingkungan. Agama adalah salah satu hal yang mempengaruhi dan menentukan peradaban. Dan salah satu unsur dan bagian dari peradaban adalah budaya. Budaya terlahir dari perilaku manusia yang akhirnya melahirkan peradaban.
Mengapa Suku Rohingya, dan itu Islam, teraniaya? Sementara kekayaan sumberdaya alamnya melimpah. Rohingya merupakan nama kelompok etnis yang tinggal di negara Bagian Arakan atau Rakhine sejak abad ke-7 Masehi. Etnis Rohingya tidak hanya keturunan orang Bangladesh atau etnis Bengali, tetapi nenek moyang Rohingya berasal dari campuran Arab, Turki, Persia, Afganistan, dan Indo-Mongoloid. Meski sudah tinggal berabad-abad lamanya di Myanmar, Pemerintah Myanmar menganggap Rohingya bukan kelompok etnis asli. Keturunan Rohingya tetap dipandang sebagai pengungsi illegal Bengali dari negara tetangga Bangladesh. Sejak 2012, rangkaian krisis Rohingya terus berlangsung. Ratusan ribu warga Rohingya mengungsi dalam berbagai krisis peperangan, sementara ratusan warga Rohingya tewas akibat krisis ini.
Hasil kajian dari sejumlah lembaga ekonomi dan riset Komisi Penasihat untuk Rakhine pimpinan mantan Sekjen PBB Kofi Annan menyimpulkan bahwa negara bagian Rakhine kaya akan sumber daya alam, antara lain cadangan minyak dan gas bumi. Wilayah ini juga memiliki sungai, danau dan laut yang terhubung langsung dengan samudera luas. Hal ini menyebabkan prospek bisnis di Rakhine cukup potensial.
Tak jauh dari ibu kota Rakhine yakni Sittway ada kota Ponnagyun yang akan jadi zona industri. Saat ini pembangunan Zona Industri Ponnagyun seluas 1.833,15 hektar tengah berlangsung. Lokasinya persis di samping jalan raya yang menghubungkan Yangon-Sittway.
Di bidang perdagangan, Rakhine melakukan hubungan dagang dengan sejumlah negara termasuk Bangladesh. Sejumlah barang ekspor Rakhine antara lain ikan segar dan ikan basah, produk agrikultur serta bahan makanan. Ekspor ikan segar dan ikan basah ke sejumlah negara selama tahun fiskal 2016-2017 transaksinya mencapai US$ 3,224 juta.
Di sektor energi, berdasar data Forbes, Rakhine memiliki kandungan cadangan minyak dan gas sebesar 11 triliun dan 23 triliun kaki kubik. Rakhine memiliki sejumlah ladang gas lepas pantai. Ada juga eksplorasi minyak lepas pantai.
Bicara mengenai agama di Myanmar, Islam termasuk agama minoritas dengan persentase sekitar 4% dari jumlah penduduk di seluruh Myanmar. Walaupun pemeluk agama Islam minoritas, tetapi mereka mempunyai pengaruh di berbagai bidang. Hal ini terbuk dengan banyaknya jabatan penng di pemerintahan yang diduduki oleh orang Islam. Mereka juga banyak menguasai bidang perdagangan, diplomatik, administrasi, politik, bahasa, dan budaya.
Masyarakat Myanmar juga dibagi berdasarkan faktor etnis, seper Burma, Shan, Karen, Rakhine, Kayah, India dan Mon. Pembagian tersebut juga berlaku dalam masyarakat Muslim, ada Muslim Burma atau Zerbadee, Muslim keturunan India, Muslim Hui-Hui atau Panthay dan Muslim Rohingya. Namun pada umumnya masyarakat Muslim di Myanmar terbagi menjadi ga komunitas yang berbeda, yaitu Muslim Burma atau Zerbadee, Muslim India, dan Muslim Rohingya.
Kedudukan Muslim Rohingya adalah yang paling sulit. Mereka merupakan komunitas yang paling miskin, yang berada di Myanmar. Mereka selalu ditolak status kewarganegaraannya, juga berbagai akses sekolah dan rumah sakit. Selain itu, mereka juga disulitkan oleh peperangan, dislokasi, dan perselisihan. Sehingga mereka terusir di beberapa negara sebagai kelompok pengungsi dan manusia-perahu. Mereka antara lain tersebar menjadi pendatang liar di Thailand, Srilantka bahkan ada sebagian dari kelompok mereka yang ‘terdampar’ di Aceh (Indonesia) sebagai kelompok manusia-perahu. Etnis Rohingya meski sudah puluhan tahun menetap di perbatasan Myanmar-Bangladesh, dak kurang dari 800.000 warga Rohingya tetap berstatus stateless (tak bernegara).
Myanmar dengan total jumlah penduduk 52,89 juta (Bank Dunia, 2016) adalah negara dengan multi agama. Penelian PEW Research Center tahun 2010 menyebutkan, penganut agama Budha mencapai 80,1%, disusul Kristen 7,8%, agama foklor Burma (5,8%), Islam 4%, Hindu 1,7%, dan Yahudi kurang dari 1%. Melihat komposisi ini, kiranya perlu dilihat kembali bagaimana penerapan nilai-nilai seperti Metta (Cinta Kasih), Karuna (Welas Asih), Mudita (Simpati), dan Uppekkha (Keseimbangan Batin) dalam konteks resolusi konflik warga suku Rohingya.
Sesungguhnya, agama dan kemanusiaan merupakan satu entitas. Kalau ada suatu negara yang tidak menghormati kemanusiaan, maka negara tersebut sama juga dengan membelangkangi dan meninggalkan nilai-nilai agama yang dianut penduduknya.
(nh-aban)
Sumber:
- Kompas, 6 September 2017
- hps://news.dek.com/internasional/3629853/kekayaanrakhine-kota-rohingya-yangtersandera-konflik, diakses 9 September 2017.
- hp://www.galeribudaya.com/2017/09/mengenal-sejarah-muslim-rohingya-dan-konflik.html