Tobasa, BIDARA – Kemenyan sering juga disebut Olibanum, adalah aroma wewangian berbentuk kristal yang digunakan dalam dupa dan parfum. Kristal ini diolah dan diperoleh dari pohon jenis Boswellia dalam keluarga tumbuh-tumbuhan Burseraceae, Boswelliasacra (Sinonim B. carteri, B. thurifera, B. bhaw-dajiana), B. frereana dan B. serrata (kemenyan India).
Pohon kemenyan memiliki ukuran sedang sampai besar dengan diameter antara 20–30 cm dengan tinggi mencapai 20 hingga 30 meter. Mempunyai batang yang lurus dengan percabangan yang sedikit dan kulit batang berwarna kemerahan. Kemenyan berdaun tunggal yang tersusun spiral dan berbentuk oval, bulat memanjang dengan ujung daun meruncing. Buah kemenyan berbentuk bulat dan lonjong dengan ukuran yang agak kecil. Biji berwarna cokelat terbungkus dalam daging buah yang tebal dan keras. Tempat bertumbuhnya tanaman kemenyan ini bervariasi yaitu mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 60 hingga 2100 meter di atas permukaan laut. Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa terhadap jenis tanah. Dapat tumbuh pada tanah Podsolik, Andosol, Latosol, Regosol, dan berbagai asosiasi lainnya mulai dari tanah yang bertekstur berat sampai ringan dan tanah yang kurang subur sampai yang subur. Jenis tanaman ini tumbuh pada tanah yang mempunyai Porositas tinggi sehingga mudah meresapkan air.
Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa populasi pohon kemenyan telah menurun, sebagian karena eksploitasi yang berlebihan. Contohnya Penyadapan sangat tinggi pada pohon kemenyan akan menghasilkan biji yang dapat tumbuh hanya 16% sedangkan biji pohon yang belum disadap mempunyai persentase berkecambah lebih dari 80%. Selain itu, pembakaran, penggembalaan, dan serangan oleh kumbang Longhorn telah mengurangi populasi pohon. Perubahan (pembukaan hutan) dari hutan kemenyan untuk pertanian dapat juga merupakan ancaman besar.
Kemenyan ini juga termasuk dalam ordo Ebenales, familia Styracaceae dan genus Styrax. Selain itu terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai
ekonomis yaitu: (1). Kemenyan Durame (Styrax Benzoine Dryand), (2). Kemenyan Bulu (Styrax Benzoine var. Hiliferum), (3). Kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.Sm) dan, (4). kemenyan Siam (Styrax Tokinensis).
Tetapi jenis kemenyan yang paling umum dibudidayakan secara luas di Sumatera Utara adalah jenis kemenyan toba dan kemenyan durame. Styrax sumatrana J.Sm adalah jenis pohon kemenyan yang pada umumnya tumbuh di daerah kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah yang hasilnya dikenal dengan nama daerah “Haminjon” atau “kemenyan toba”. Kemenyan toba biasa dikenal juga dengan Styrax Paralleloneurum.
Ada empat spesies utama Boswellia yang menghasilkan kemenyan asli dan getahnya (Resin), masing-masing empat spesies tersedia dalam berbagai kelas. Kualitas tergantung pada waktu panen dan juga keterampilan tangan pengolahnya.
Menanam dan menyadap getah kemenyan merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat sekitar Danau Toba secara turun-menurun. Petani penyadap telah menjadikan getah kemenyan sebagai pendapatan usaha tani sekunder. Masyarakat sekitar Danau Toba juga cukup terkenal dengan produk pertanian seperti cengkeh, kopi, lada, jagung, dan tanaman pangan lainnya. Daerahnya yang subur membuat tanah sekitar Danau Toba tidak terlalu kesulitan ditanami.
Sebagai salah satu mata pencaharian andalan, haminjon sepertinya belum dikelola secara optimal oleh warga. Selain terbatasnya pengetahuan, faktor budaya dan kebiasaan juga berkontribusi terhadap hal tersebut. Keyakinan warga bahwa pohon yang tidak dirawat menghasilkan kualitas haminjon yang lebih baik membuat kondisi pohon cukup memprihatinkan. Proses panen yang mencongkel batang pohon dan pemeliharaan tanaman liar yang hanya dilakukan pada saat panen, membuat seluruh bagian pohon haminjon terlihat berlubang.
Kiranya, keterlibatan berbagai pihak untuk pengembangan haminjon sebagai salah satu wujud entitas budaya warga di daerah Toba Samosir, Sumatera Utara perlu dibangun. Warga pemanen haminjon, masyarakat umum, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat dan tentu saja pemerintah, adalah pihak-pihak yang penting tidak hanya untuk menjaga keberadaan komoditas asli dan unik ini, tetapi juga untuk mengembangkannya secara ekonomis. Hendaknya menjaga eksistensi budaya lokal dengan tetap membangun peningkatan kesejahteraan masyarakat, pada saat ini adalah sebuah keharusan, bukan lagi pilihan.
(aban)
sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kemenyan