Jember, BIDARA – Memasuki Milennium ke III, dewasa ini, dunia sedang dilanda dehumanisasi. Antar kelompok warga bangsa Irak, Lybia, Syria, dan Yaman, bertikai dalam konflik berkepanjangan dan berujung dengan masuknya kekuatan asing. Konflik mengakibatkan depresi massal dan musnahnya satu generasi. Sebagian Negara Islam di Afrika dan Timur Tengah telah masuk lorong gelap tanpa ujung. Para pengungsi menjadi terlunta-lunta di sebagian Eropa dan Amerika dan menjadi perbincangan dalam agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kiranya, sedang terjadi pergeseran sekaligus perubahan geo-politik dan ekonomi dari trans-Atlantik menuju Trans-Pasifik, dimana Asia sebagai sentrumnya. Dan, kalau Asia sebagai sentrum maka ASEAN akan menjadi episentrumnya. Disamping potensi gerakan ekonominya, kawasan ASEAN juga memiliki embrio konflik sosial yang tidak kecil. Eskalasi kelompok Abu Syayaf di Filipina, Patani di Thailand Selatan, Rohingya di Rakin Myanmar dan Poso di Indonesia kiranya perlu selalu diwaspadai. Gerakan teror berbasis radikalisme bermatra ideologi keagamaan tertentu nampaknya telah menjadi salah satu jalan menuntaskan ranah ketidak-adilan dan kehancuran sumberdaya alam yang sedang melanda dunia.
Untuk Indonesia, yang perlu diwaspadai dan disiapkan jawabannya adalah perihal pertanyaan “apakah konflik vertikal dan horizontal di sebagian Afrika dan Timur Tengah akan menjalar ke Indonesia ?” Dalam konteks dan konstelasi di atas, Indonesia yang telah terlanjur terbuka untuk kancah multi ideologi keagamaan Islam yang bersifat trans-nasional, perlu mencari formula pencegahan dan penanggulangan konflik sosial berkepanjangan sebagaimana terjadi di kawasan Timur Tengah.
Berdasar pada hal tersebut di atas dan untuk menginternalisasikan nilai-nilai agama pemeluknya ke dalam perilaku di ruang publik, BIDARA bekerjasama dengan STAIFAS (Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah) di Jombang, Jember, Jawa Timur mengadakan Pendidikan dan Pelatihan dalam rangka tersedianya Kader CO (Community Organizer) yang berwawasan kebangsaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.
Kegiatan pelatihan ini terlaksana selama 6 (enam) hari selama bulan November 2016 dan diikuti oleh 33 orang siswa.
(naha/aban)